Memang banyak beragam masalah saat rupiah melemah, mulai dari importer yang kesulitan mencari dollar, barang impor yang naik harganya, sehingga memiliki pengaruh signifikan di dalam negeri. Namun sebagai penganut pasar bebas, memang apapun bebas diperdagangkan. Demikian pula rupiah yang bisa diperdagangkan dimanapun berada, pasarnya yang kecil mudah dimainkan oleh para spekulan.
Memang banyak faktor yang membuat rupiah sulit menguat, seperti neraca perdagangan yang defisit, banyaknya hutang jatuh tempo yang bersamaan, adalah sekian hal yang begitu menekan rupiah. Keadaan ini juga dimanfaatkan para spekulan yang lebih melihat faktor ekonomis, demi meraih keuntungan. Tidak peduli efek buruknya bagi pihak lain, begitulah pemilik uang akan mengalir mencari tempatnya yang kondusif untuk berinvestasi maupun berdagang.
Memang system birokrasi yang buruk, iklim investasi yang kurang kondusif mempengaruhi buruknya nasib rupiah. Memang buat apa menyalahkan para spekulan, para investor, negara tetangga atas pelemahan rupiah ini, lebih baik belajar menata system birokrasi dan iklim investasi yang kondusif. Mereka pasti akan memilih rupiah bila memang menguntungkan bagi mereka.
Rupiah memang tidak begitu menarik
Banyak yang parkir dollarnya di luar negeri dengan alasan untuk keperluan transaksi di perusahaan. Padahal memang uang tersebut didiversifikasi untuk usaha lainnya di negara tetangga yang lebih kondusif system investasinya. Lalu buat apa pula mencari dollar di luar negeri, padahal di dalam negeri tersedia. Ini tentunya menyangkut system perdagangan yang lebih awal, lebih fleksibel di negara tetangga.
Namun pengaruhnya sangat signifikan dan membuat rupiah tidak begitu menarik. Ya begitulah bisnis, bila dollar di luar lebih murah, maka banyak yang ramai-ramai membelinya disana. Sistem perdagangan yang fair, efisiensi, adalah sekian hal yang membuat banyak investor lebih melonggok keluar sehingga rupiah menjadi tidak menarik. Bila tidak menarik, selamanya tidak akan pernah menguat, kecuali utang yang banyak pasti rupiah menguat.
Iklim investasi yang tidak menarik
Investor memang pinginnya untung saat berinvestasi, dan tidak mau disibukan dengan hal yang sering di luar urusan bisnis. Pungutan liar, ribetnya birokrasi, adalah sebagian faktor utama yang tidak pernah diperbaiki. Semuanya dianggap sepele, padahal saat survey terhadap beberapa eksekutif memang hal ini yang paling dikeluhkan.
Selama investasi tidak kondusif, maka akan sulit dollar membanjiri negeri ini. Selamanya pula rupiah tidak akan menguat, bahkan para investor yang ikut tenderpun tahu bahwa sang birokrat lebih menyukai dollar dibandingkan rupiah. Bila mental birokrasi, korupsi tak pernah diperbaiki maka hanya menunggu waktu rupiah akan semakin melemah.
Pertumbuhan ekonomi konsumtif
Memang outlook terlihat bagus di mata pengambil kebijakan, namun pertumbuhan yang berasal dari ekonomi konsumtif tidak akan pernah menguatkan fundamental ekonomi. Boleh dibilang bisa menjadi penghalang bagi penguatan rupiah, jadi semacam buble yang besar tapi sangat rapuh dan mudah hancur. Begitulah ekonomi yang tumbuh akibat konsumsi penduduk yang besar, hanya menguntungkan sesaat tapi tidak selamanya bertahan.
Saat rupiah melemah begitu mudah pertumbuhan akan terkoreksi secara tajam, karena daya beli turun. Begitu banyak yang jatuh miskin karena memang berada di lingkaran konsumtif. Bila system investasi tidak pernah diperbaiki akan selamanya hanya bisa mengekspor bahan mentah dan mengimpor barang jadi yang jauh lebih mahal, maka selamanya rupiah tidak akan menguat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar