Kapolda Metro: Ada Perkembangan Baru Kasus Akseyna
Polisi kembali menemukan bukti baru atas kasus dugaan pembunuhan yang dialami Mahasiswa Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) UI, Akseyna Ahad Dori. Temuan ini, sekaligus menambah daftar perkembangan atas kasus tersebut.
"Ada beberapa bukti perkembangan, tetapi tidak bisa saya sebutkan dulu," kata Kepala Polisi Daerah Metro Jaya, Inspektur Jendral Tito Karnavian dalam kunjungannya ke Mapolresta Depok, Rabu 19 Agustus 2015.
Ketika disinggung lebih jauh, Tito tidak bisa memberikan komentar secara mendetail. Dia beralasan, kasus itu masih dalam penanganan lebih lanjut Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro.
"Yang jelas, kasus ini masih dalam penyelidikan, dan kita masih menunggu hasil finalnya," kata dia.
Seperti diketahui, kasus misteri kematian mahasiswa asal Yogyakarta itu terbilang cukup alot. Meski yakin ini adalah kasus pembunuhan, namun polisi tampak sangat berhati-hati dalam menentukan tersangkanya.
"Ada beberapa bukti perkembangan, tetapi tidak bisa saya sebutkan dulu," kata Kepala Polisi Daerah Metro Jaya, Inspektur Jendral Tito Karnavian dalam kunjungannya ke Mapolresta Depok, Rabu 19 Agustus 2015.
Ketika disinggung lebih jauh, Tito tidak bisa memberikan komentar secara mendetail. Dia beralasan, kasus itu masih dalam penanganan lebih lanjut Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro.
"Yang jelas, kasus ini masih dalam penyelidikan, dan kita masih menunggu hasil finalnya," kata dia.
Seperti diketahui, kasus misteri kematian mahasiswa asal Yogyakarta itu terbilang cukup alot. Meski yakin ini adalah kasus pembunuhan, namun polisi tampak sangat berhati-hati dalam menentukan tersangkanya.
Jakarta - Keluarga Akseyna Ahad Dori alias Ace menduga tersangka pembunuh mahasiswa Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia itu bukan dilakukan oleh satu orang, melainkan sejumlah orang. "Ace berpostur tinggi-besar dan susah untuk ditaklukkan oleh satu orang," kata Kolonel Sus Mardoto, ayah Akseyna, lewat sambungan telepon kepada Tempo , Kamis, 4 Juni 2015. Mardoto berujar, anaknya memiliki tinggi sekitar 175 sentimeter dengan badan kekar, sehingga untuk mengalahkan Ace perlu beberapa orang. Dia mencurigai pembunuh anaknya orang yang dekat dan mengenal korban. Apalagi, berdasarkan fakta dari polisi, untuk menyeret Ace ke Danau Kenanga di kompleks Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, diperlukan tenaga yang lebih besar ketimbang bobot Ace. (Baca: MISTERI AKSEYNA UI: Dua Jejak Ditinggalkan Sang Pembunuh ) Berdasarkan analisis keluarga, ucap Mardoto, kematian Ace kemungkinan bersifat kejahatan tingkat tinggi atau high crime. Indikasi kejahatan tinggi ini lantaran ditemukan adanya rekayasa surat wasiat dan adanya tindak kekerasan fisik. Namun Mardoto menyerahkan kasus ini kepada polisi. Sebelumnya, polisi meyakini Akseyna kemungkinan ditenggelamkan dalam keadaan tidak sadar ke Danau Kenanga. Direktur Reserse Kriminal Umum Kepolisian Daerah Metro Jaya Komisaris Besar Khrisna Murti menuturkan ada dua bukti yang menunjukkan adanya pembunuhan. (Baca: MISTERI KASUS AKSEYNA: Kenapa UI Terkesan Menutup Diri? ) "Ujung belakang sepatunya rusak," ucap Khrisna di kantornya, Kamis, 4 Juni 2015. Kerusakan tersebut, kata Khrisna, diduga terjadi karena Akseyna diseret saat dibawa ke dekat Danau Kenanga. Lalu korban ditenggelamkan pelaku ke danau. Bukti kedua, menurut Khrisna, luka lebam yang ada di wajahnya. "Luka ini diduga akibat penganiayaan," tuturnya. Untuk memastikan hal itu, Khrisna mengaku pihaknya masih melakukan penyidikan dengan membentuk tim satuan tugas khusus guna memecahkan misteri tewasnya mahasiswaAce. Tim ini terdiri atas Satuan Reserse Kriminal Polres Depok dan Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya. "Kami sedang mengerucut ke pelakunya," katanya. (Baca juga: Kasus Akseyna UI: Misteri Jibril dan 5 Orang di Kamar Ace ) Sudah lebih dari dua bulan sejak jenazah Akseyna ditemukan mengambang di Danau Kenanga pada 26 Maret 2015. Sempat muncul dugaan bahwa mahasiswa itu bunuh diri, karena ditemukan surat wasiat di kamarnya. Namun belakangan, polisi menemukan bukti-bukti lain yang mengerucut pada dugaan pembunuhan
Pakar Kriminologi yang juga Guru Besar FISIP Universitas Indonesia (UI) Adrianus Melialamengatakan, pembunuh Akseyna Ahad Dori (18) alias Ace, dalam pengawasan polisi. Ace adalah mahasiswa UI yang tewas mengambang di Danau Kenanga UI Depok.
Menurut Adrianus, pelaku memiliki pemikiran dan perilaku agak menyimpang atau di luar kebiasaan orang pada umumnya, dalam arti negatif. Adrianus menyebut pelaku dengan sebutan 'agak rusak'.
"Orangnya sudah agak rusak, tapi bukan psikopat atau pembunuh berdarah dingin lainnya. Dia orang biasa yang lebih merasa nyaman karena berada di dalam kelompoknya," kata Adrianus, kepada Warta Kota, Rabu (29/7/2015).
Menurut Adrianus saat ini pelaku berada dalam comfort zone atau zona nyaman. Karenanya, kata Adrianus, pelaku merasa sangat terlindungi secara moril saat berada di kelompoknya, walau secara sadar terkait dalam kasus ini.
"Keberadaan dia di kelompoknya sangat membantu dia terhindar dari kasus ini. Secara moril dia sangat aman sehingga merasa nyaman di kelompoknya," kata Adrianus.
Apalagi kata dia polisi masih berkutat mencari barang bukti atau alat bukti utama, sekalipun penyelidikan atas siapa pembunuhAkseyna sudah mengarah ke seseorang.
"Ini yang membuat pengungkapan kasus cukup lama. Saya merasa pendalaman polisi sudah sampai titik akhir," kata Adrianus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar